Ketika sedang membaca sesuatu terutama narrative text, atau sedang menonton film kamu pasti mengharapkan akhir cerita tertentu. Dan tak dipungkiri kamu pasti sering berharap bahwa cerita yang kamu baca akan berakhir bahagia. Tapi, apakah keinginanmu pasti tercapai? Sayangnya, tidak. Terkadang, beberapa penulis justru memberikan akhir cerita (ending) yang menyedihkan atau bahkan tanggung, sedih tak mau tapi tidak juga bahagia. Atau pernahkah kamu menemukan ending yang tidak kamu duga sama sekali? Memang pada dasarnya ada banyak sekali jenis akhir cerita. Untuk mengenalnya, yuk, simak penjelasan berikut.
Tipe-Tipe Ending
Dalam artikel kali ini, akhir cerita akan dikelompokkan menjadi tiga jenis. Yaitu, akhir yang baik(The Good Ending), akhir yang Kurang Baik(The Bad Ending) dan akhir yang Buruk(The Ugly Ending).
Akhir yang Baik (The Good Ending)
Akhir yang baik merupakan akhir yang ketika dibaca akan menimbulkan kesan yang mendalam kepada pembacanya. Akhir ini bisa dicapai ketika konflik dalam cerita selesai secara tuntas tanpa meninggalkan kejanggalan dalam proses penyelesaiannya. Berikut adalah macam-macam akhir cerita yang baik.
1. Akhir Bahagia (Happily Ever After)
Seperti yang kamu dan hampir semua pembaca harapkan, akhir bahagia merupakan akhir cerita di mana konflik yang muncul akan berujung pada penyelesaian yang tuntas. Pada ending semacam ini, tokoh utama biasanya akan mendapat apa yang dia inginkan atau menyelesaikan permasalahan yang dia miliki dengan baik.
Meskipun ending semacam ini termasuk sangat umum, tapi keberadaan ending semacam ini masih sangat dinikmati oleh para pembaca. Ending semacam ini biasanya cocok untuk novel atau cerita yang tidak memiliki sambungan cerita. Selain itu, ending semacam ini juga bisa digunakan untuk sekuel terakhir novel atau cerita bersambung.
2. Akhir yang Mengejutkan (Twist Ending)
Apa kamu pernah mendapatkan ending yang tidak terduga? Jika iya, mungkin cerita yang kamu baca, atau film yang kamu tonton memiliki ending ini. Ending ini biasanya muncul dalam cerita misteri, thriller, ataupun horror. Pembaca ataupun penonton biasanya dibuat penasaran dengan pemecahan masalah yang ada dalam cerita terlebih dahulu. Beberapa petunjuk biasanya disebar di berbagai bagian cerita untuk memancing pembaca maupun penonton menebak arah cerita. Dan seringkali tebakan itu justru dipatahkan di akhir cerita.
Meskipun seringkali tidak sesuai dengan tebakan pembaca ataupun penonton, ending semacam ini cukup dinikmati karena adanya unsur interaktif dan kejutan di akhir cerita. Tapi, bukan berarti ending ini tidak masuk akal, lho. Ending semacam ini tetap menyelesaikan semua masalah atau konflik dengan tepat dan logis. Hanya saja, terkadang penulis memberikan unsur tidak terduga atau menghidupkan asumsi yang seolah telah patah di awal cerita.
3. Akhir sirkular (Circular Ending)
Pernahkah kamu menonton drama korea “Vagabond”? Jika kamu menonton sampai episode akhir, kamu mungkin merasa kesal karena ternyata scene di episode terakhir sama dengan scene di episode pertama. Yups, “Vagabond” merupakan contoh paling tepat untuk circular ending. Circular ending adalah ending yang tokoh utamanya atau alur ceritanya akan kembali ke awal cerita. Hal ini bisa terjadi jika tokoh utama mendapat kesempatan untuk mengubah masa depan yang diceritakan di sepanjang cerita atau sebaliknya bahwa scene di awal merupakan prolog sekaligus ending untuk cerita yang sedang di ceritakan.
4. Akhir yang interpretative (Interpretive Ending)
Ending seperti ini terkadang muncul di beberapa cerita atau film. Dalam ending semacam ini, semua konflik utama sudah diselesaikan akan tetapi penulis membiarkan beberapa konflik atau bagian tetap menggantung sehingga setiap penonton ataupun pembaca bisa memiliki pemaknaan yang berbeda terhadap akhir cerita.
5. Akhir yang Menyedihkan (Sad Ending)
Yang baik tidak selamanya bahagia. Hal ini berlaku dalam akhir cerita. Beberapa akhir cerita justru lebih berkesan ketika berakhir tragis dan menguras air mata. Hal ini tidak semata-mata didapatkan dengan membunuh tokoh secara acak. Pembangunan karakter, hubungan antar karakter dan alur cerita harus diolah dan diramu dengan tepat untuk menghasilkan ending semacam ini. Contoh film dengan ending yang menyedihkan adalah “Titanic” yang justru membiarkan salah satu tokoh utamanya mati tenggelam.
Akhir yang Kurang Baik (The Bad Ending)
Akhir semacam ini bukan berarti tidak bisa digunakan. Penggunaan akhir semacam ini justru bagus dan menimbulkan kesan yang mendalam bagi beberapa cerita. Hanya saja penggunaan akhir semacam ini akan terkesan buruk jika penggunaannya kurang tepat.
1. Epilog (Epilogue)
Penggunaan epilog untuk menjelaskan beberapa bagian
yang menarik di luar penyelesaian terhadap masalah utama sangat baik dan
menghibur. Akan tetapi penggunaan epilog untuk menyelesaikan masalah utama akan
menimbulkan kesan kurang bagi pembaca. Penyelesaian masalah yang seharusnya
dijelaskan dengan logis dan terperinci tidak selayaknya diselesaikan dalam satu
dua halaman epilog.
2. Akhir menggantung (CliffHanger)
Ending yang menggantung untuk cerita sekuel sama sekali tidak masalah. Bahkan ending semacam itulah yang akan membuatmu ingin terus membaca atau menonton sekuel berikutnya. Sayangnya, ending semacam ini kurang cocok untuk cerita tunggal yang berdiri sendiri. Akhir yang menggantung tanpa penyelesaian konflik akan membuat pembaca maupun penonton merasa geram karena menghabiskan waktu dengan sia-sia.
Akhir yang Buruk (The Ugly Ending)
Tidak seperti bagian sebelumnya. Ending semacam ini sebaiknya kamu hindari jika ingin menulis suatu cerita.
1. Akhir yang tiba-tiba(Abrupt Ending)
2. Kombinasi (Combination)
Nah, Sekarang kamu sudah tahu, kan? Jenis-jenis akhir cerita. Daripada sekedar membaca, kamu juga bisa memulai untuk menulis kisahmu sendiri. Terutama jika kamu sedang belajar bahasa Inggris, jangan ragu untuk sekedar menulis cerita-cerita pendek dalam bahasa Inggris. Jangan takut! Menulis justru akan membantumu memperkaya kemampuan berbahasamu. Sekian dulu pembahasan kali ini sampai jumpa di artikel-artikel lainnya.